Tanggal Muda, Tanggal untuk Orang Tua

Seorang anak yang terlahir ke dunia memiliki hubungan yang paling dekat dan tidak dapat dipisahkan oleh orang tuanya dalam lingkungan. Semasa anak masih diusia belum dewasa, tidak mampu bekerja, dan tidak sehat akalnya, maka orang tualah yang berkewajiban menafkahi anaknya hingga mencapai dewasa, mampu bekerja, dan sehat akalnya.

Setelah dewasa, setelah sang anak mampu mencari nafkah dan mencukupi kebutuhannya, maka wajib bagi anak untuk menafkahi orang tuanya. Sesuai dalam firman Allah SWT disurat Al-Baqarah ayat 215, telah dijelaskan bahwa Ketika seorang anak ingin menafkahkan hartanya, maka yang menjadi prioritas paling awal adalah orang tua. Mengapa orang tua? Karena mereka telah mendidik kita sebagai anak dimulai sejak lahir sampai dewasa dan mampu mencukupi kebutuhannya. Maka Allah SWT memerintahkan untuk membalas budi orang tua dengan memelihara dan mencukupi kebutuhan orang tua apabila orang tua kita sudah tua dan tidak mampu berbuat apa-apa.

Namun kewajiban untuk memberi nafkah ini tidak terlepas dari beberapa syarat, yaitu Ketika sang anak memiliki rezeki yang lebih atau mempunyai makanan yang cukup untuk di makan di waktu itu. Kemudian berikutnya diketahui bahwa orang tua sama sekali tidak memiliki harta. Kalau orang tua memiliki harta, maka anak tidak wajib untuk memberi nafkah.

Ada beberapa kondisi lain yang membuat kewajiban menafkahi orang tua menjadi tidak wajib, yaitu Ketika orang tua tidak ingin atau tidak mau menerima pemberian, maka hukum kewajibannya menjadi hilang. Begitupun Ketika anak tidak mampu atau tidak kuat untuk berusaha, hukum menafkahi juga menjadi gugur. Dan takaran menafkahi orang tua dihitung sesuai dengan keperluannya.

Maka dari itu, kepada para anak yang masih memiliki orang tua, para anak yang mendapatkan pekerjaan dengan gaji yang cukup, mulailah untuk menyisihkan harta untuk menafkahi orang tua. Karena pada nafkah yang diberikan kepada orang tua itu terdapat berkah yang luar biasa.