Harta Kita Sebenarnya
Jika ditanya seberapa banyak harta kita, pasti sebagian besar orang akan menyebutkan sejumlah aset yang dimilikinya, rumah yang ia punyai, kendaraan yang ia miliki, uang dan perhiasan yang ia simpan, dan sebagainya
Tahta juga menjadi sebuah simbol kesejahteraan sosial yang didambakan oleh banyak orang. Namun, bukankah harta dan tahta hanyalah sementara? Tidak sebenar-benarnya milik kita dan tidak akan abadi?
Lalu, apa yang sebenarnya menjadi harta kita?
Dalam sebuah riwayat disebutkan,
ﻳَﻘÙï»®ï»Ù ïºï»ŸÙ’ﻌَﺒْﺪ٠ﻣَﺎﻟÙï»° ﻣَﺎﻟÙï»° ﺇÙﻧَّﻤَﺎ ﻟَﻪ٠ﻣÙﻦْ ﻣَﺎﻟÙﻪ٠ﺛَﻼَﺙٌ ﻣَﺎ ﺃَﻛَﻞَ ﻓَﺄَﻓْﻨَﻰ ﺃَï»Ù’ ﻟَﺒÙﺲَ ï»“ÙŽïº„ÙŽïº‘Ù’ï» ÙŽï»° ﺃَï»Ù’ ﺃَﻋْﻄَﻰ ﻓَﺎﻗْﺘَﻨَﻰ ï»ÙŽï»£ÙŽïºŽ ﺳÙﻮَﻯ ﺫَﻟÙﻚَ ﻓَﻬÙï»®ÙŽ ﺫَïºï»«ÙïºÙŒ ï»ÙŽïº—َﺎïºÙï»›Ùﻪ٠ﻟÙï» ï»¨ÙŽÙ‘ïºŽïº±Ù
“Hamba berkata, “Harta-hartaku.” Bukankah hartanya itu hanyalah tiga: yang ia makan dan akan sirna, yang ia kenakan dan akan usang, yang ia beri yang sebenarnya harta yang ia kumpulkan. Harta selain itu akan sirna dan diberi pada orang-orang yang ia tinggalkan. ” (HR. Muslim no. 2959)
Hanya tiga hal yang dinilai sebagai harta yang kita miliki, dan sebaik-baik harta adalah apa yang kita sedekahkan sehingga menciptakan sebuah kebahagiaan sejati.
“Bahagia sejati adalah membuat orang lain bahagia”
Sebagaimana ungkapan indah
أسعد الناس من أسعد الناس
“As’adunnaasi man as’adan naasa”
“Manusia paling bahagia adalah yang membuat manusia lainnya bahagia”
#AksiBerbagi
#SemangatBerbagi
#SemangatIndonesia
#KolaborasikanKebaikan
#WujudkanKebaikan
#Zakat #Infaq #Shodaqoh